Selasa, 13 Oktober 2015

ELdas 1



LAPORAN PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA FISIS DASAR I

RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK (AC)
 






DISUSUN OLEH:

NAMA                        :           Eunike Dwioknain
NIM                            :           H21114007
KELOMPOK             :           VII
ASISTEN                   :           Sri Rezeki Usman


LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Arus bolak-balik (AC) sejenis arus yang mempunyai arah bolak-balik karena sumber arus listrik menghasilkan voltase bolak-balik (voltase alternating). Dikatakan arus bolak balik karena padanya terjadi gerak elektron yang berubah ubah. Dengan ritme yang tetap, electron-elektron itu bergerak bolak-balik. Arus bolak-balik banyak memiliki aliran yang berbentuk sinus.

Arus bolak-balik terjadi karena tegangan bolak-balik.Suatu tegangan bolak-balik juga mempunyai frekuensi, waktu periode, dan sebagainya. Arus bolak-balik ini merupakan yang paling banyak digunakan pada system kelistrikan di dunia, mengingat system ini mudah dalam pembangkitan dan pendistribusiannya. Pada tegangan bolak-balik, dikenal sistem satu fasa dan system tiga fasa dan yang paling dominan dipakai adalah system tiga fasa karena mempunyai kelebihan  dibanding dengan sistem satu fasa, dimana salah satu kelebihannya yaitu daya yang disalurkan lebih besar dan nilai sesaatnya konstan.

Dalam kehidupan sehari – hari kita jumpai alat – alat seperti dinamo sepeda dan generator. Kedua alat tersebut merupakan sumber arus dan tegangan listrik bolak – balik. Pada arus juga tegangan bolak-balik, selalu terdapat bagian positif dan bagian negatif pada penggambaran. Resistor pada rangkaian arus bolak-balik (AC) sederhana secara langsung menahan aliran elektron pada setiap periode waktu, sehingga bentuk gelombang tegangan yang melewati resistor akan se-phasa dengan bentuk gelombang arus-nya. Lebih sederhana-nya, tegangan dan arus yang melewati pada rangkaian AC memiliki phasa yang sama. Arus bolak – balik (AC) digunakan secara luas untuk penerangan maupun peralatan elektronik.Oleh karena itu, mahasiswa fisika perlu mengetahui dan mempelajari arus bolak balik terutama dalam ilmu elektronika sebagai pengetahuan dasar untuk pembelajaran selanjutnya.
I.2 Ruang Lingkup

            Pada percobaan rangkaian arus bolak balik (AC) ini, dilakukan pengamatan bentuk gelombang, sifat dan karakteristik pada rangkaian integrator dan differensiator RC, dan menghitung tegangan masuk dan tegangan keluar pada rangakaian tapis lolos tinggi dan rendah serta rangkaian RLC.

I.3 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada percobaan ini yaitu :
1.      Mengetahui sifat dan karakteristik dari bentuk isyarat keluaran pada differensiator dan integrator bila diberi masukan beupa isyarat persegi.
2.      Mengukur tanggapan amplitudo dan tanggapan fasa dari suatu sumber AC tegangan tetap untuk tapis lolos rendah dan tapis lolos tinggi pada rangkaian RC ini.
3.      Mengukur tanggapan amplitudo rangkaianRLC parallel terhadap sumber AC sinus arus tetap.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Arus bolak-balik (AC/alternating current) adalah arus listrik dimana besarnya dan arahnya arus berubah-ubah secara bolak-balik. Bentuk gelombang dari listrik arus bolak-balik biasanya berbentuk gelombang sinusoida, karena ini yang memungkinkan pengaliran energi yang paling efisien. Namun dalam aplikasi-aplikasi spesifik yang lain, bentuk gelombang lain pun dapat digunakan, misalnya bentuk gelombang segitiga (triangular wave) atau bentuk gelombang segi empat (square wave).

Gerak lengkap (bolak-balik) dinamakan satu periode.Jangka waktu satu periode adalah (t) detik (waktu periode).Banyaknya periode setiap detik dinamakan frekuensi,dimana satuan utuk frekuensi adalah Hertz (Hz).

Adapun bentuk dari arus bolak-balik adalah:
1.               Bentuk tak tentu
2.               Bentuk segi empat (blok)
3.               Bentuk gigi gergaji

                Sumber arus searah adalah generator arus bolak balik yang pinsip kerjanya pada perputaran kumparan dengan kecepatan sudut yang berada dalam medan maghnetik. Sumber tegangan GGL tersebut akan menghasilkan tegangan sinusoida berfrekuensi f. Dalam suatu rangkaian listrik, simbol untuk sebuah sumber tegangan gerak elektrik bolak balik adalah
            Tegangan sinusoida dapat dituliskan dalam persamaan :
V=Vm sin 2Ï€ ft ………………………………………………………………(II.1)
            Tegangan yang dihasilkan oleh suatu generator listrik berbentuk sinusoida. Dengan dengan demikian arus yang dihasilkan juga sinusoida.
            Suatu bentuk gelombang arus bolak balik dapat digambarkan seperti pada gambar di bawah ini
                                Gambar II.1 Bentuk gelombang tegangan listrik bolak balik
            Frekuensi dalam listrik AC merupakan banyaknya gelombang yang terjadi dalam satu detik. Jika waktu yang diperlukan oleh suatu gelombang disebut periode (T), maka :
            f =    ………………………………………………………(II.2)
atau
T =   ……………………………………………………………….(II.3)
Dimana : T = periode
                  f = Frekuensi
            Dalam rangkaian listrik arus bolak balik sudut fase dan beda fase akan memberikan informasi tentang tegangan dan arus. Sedangkan beda fase antara tegangan dan arus pada arus listrik bolak balik memberikan sifat beban dan penyerapan daya atau energi listrik. Dengan mengetahui beda fase antara tegangan dan arus dapat diketahui sifat beban apakah resesif, induktif atau kapasitif.
            Tegangan listrik arus bolak balik yang diukur dengan multimeter menunjukkan tegangan efektif. Nilai tegangan dan arus efektif pada arus bolak balik menunjukkan gejala yang sama seperti panas yang timbul jika dilewati arus searah. Rangkaian yang terdiri dari rangkaian arus bolak balik dan sebuah resistor, pada beban resistor murni tegangan dan arus mempunyai fasa yang sama (sefase). Bila hambatan murni sebesar R berada dalam rangkaian arus bolak-balik, besar teganganpada hambatan berubah-ubah secara sinusoidal, demikian juga kuat arusnya. Antara kuat arus dan tegangan tidak ada perbedaan fase, artinya pada saat tegangan maksimum, kuat arusnya mencapai harga maksimum pula. seperti pada gambar di bawah ini
Gambar II.2 Rangkaian R, bentuk phasor
Gambar II.3 bentuk tegangan dan arus pada resistor
           Resistor merupakan komponen elektronika yang bersifat menahan arus listrik. Resistor dibagi menjadi dua kategori, yaitu: fixed resistor (tetap) dan variable resistor (berubah-ubah). Resistor yang terbuat dari dari karbon terdiri dari kode warna yang menunjukan besarnya nilai dari hambatan itu sendiri.

Bila arus bolak balik dipasang pada rangkaian induktor murni, andaikan kuat arus yang melewati kumparan adalah I = Imax sin wt,  hambatan kumparan diabaikan I.R = 0.  Antara tegangan pada kumparan dengan kuat arusnya terdapat perbedaan fase Ï€/2 , dalam hal ini tegangan mendahului kuat arus. seperti gambar di bawah ini
                  
Gambar II.3 Rangkaian L, dan bentuk pashor pada AC
Gambar II.4 Bentuk gelombang tegangan dan arus pada inductor
            Rangkaian yang terdiri dari sebuah arus bolak balik dan sebuah kapasitor, kapasitor tidak menyerap daya listrik. Rangkaian kapasitor pada arus bolak balik dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini
Gambar II.5 Rangkaian C dan bentuk phasor pada AC
            Karakteristik tegangan dan arus dari ketiga elemen pasif tersebut yaitu kapasitor (C) , induktor (L)  dan resistor (R) dimana menunjukkan sudut fasa, diagram dan impedansi dari ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada table berikut
Tabel II.1 Karakteristik tegangan dan arus R, L dan C
            Disamping resistor, kumparan induktif dan capasitor merupakan hambatan bagi arus bolakbalik. Untuk membedakan hambatan kumparan induktif dan capasitor dari hambatan resistor, maka hambatan kumparan induktif disebut Reaktansi Induktif dan hambatan capasitor disebut Reaktansi Capasitif.

Reaktansi =   …………………............(II.4)

            Getaran listrik adalah arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi. Getaran listrik dapat dibangkitkan dalam rangkaian LC. Kapasitor C dimuati sampai tegangan maksimum. Bila saklar ditutup mengalir arus sesuai arah jarum jam, tegangan C turun sampai nol. Bersamaan dengan aliran arus listrik timbul medan magnetik didalam kumparan L. Medan magnetik lenyap seketika pada saat tegangan C sama dengan nol. Bersamaan dengan itu timbul GGL induksi, akibatnya tegangan C naik kembali secara berlawanan. Karenanya dalam rangkaian mengalir arus listrik yang arahnya berlawanan dengan arah putar jarum jam. Jadi dalam rangkaian LC timbul getaran listrik yang frekuensinya :
                           …………………………………………………………….(II.5)

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN ARUS BOLAK-BALIK (AC)
            Tahun 1885, George Westinghouse, membuat paten untuk listrik arus bolak-balik (AC= Alternating Current). Listrik AC dibuat dari generator AC, dan dapat di “salurkan” ke tempat yang jauh dengan lebih murah dan mudah untuk di “sesuaikan”. Karena kemudahan ini lah selanjutnya orang lebih suka menggunakan listrik AC. Adapun kelemahan dari arus bolak balik yaitu beresiko dapat menyebabkan kebakaran.

            Resistor pada rangkaian arus bolak-balik (AC) sederhana secara langsung menahan aliran elektron pada setiap periode waktu, sehingga bentuk gelombang tegangan yang melewati resistor akan se-phasa dengan bentuk gelombang arus-nya. Lebih sederhana-nya, tegangan dan arus yang melewati pada rangkaian AC memiliki phasa yang sama. Jika digambarkan dalam diagram phasor, maka arus (I) ke arah sumbu 'X' positif (kanan) dan tegangan juga ke arah sumbu 'X' positif (kanan). Kedua gelombang tegangan dan arus se-phasa. Pada saat tegangan pada posisi positif, posisi titik “0” (Nol), maupun posisi negatif, arus juga berada pada posisi yang sama.

Berbeda dengan rangkaian AC resitif dimana arus dan tegangan se-phasa, pada rangkaian AC induktif phasa tegangan mendahului 90° terhadap arus. Jika digambarkan diagram phasor-nya maka arus mengarah ke sumbu ‘X’ positif (kanan) dan tegangan mengarah ke sumbu ‘Y’ positif (atas).

Hambatan aliran elektron ketika melewati induktor pada rangkaian AC disebut sebagai ‘Reaktansi Induktif’, reaktansi dihitung dalam satuan Ohm (Ω) sama hal-nya seperti resistansi. Simbol reaktansi induktif adalah 'XL', pada rangkaian AC sederhana, reaktansi induktif dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
XL = 2 ∙ Ï€ ∙ f ∙ L ……………………………………………………………..(II..6)
Dimana : XL = Reaktansi induktif (Ohm / Ω)
Ï€= Pi ≈ 3,14
f= Frekuensi (Hertz / Hz)
L= Induktansi (Henry / H)

            Fungsi rangkaian differensiator untuk menghasilkan tegangan yang merupakan fungsi dari tegangan input diferensial waktu. Diferensiator sirkuit pada dasarnya sebuah pass filter untuk kondensor yang terdiri dari baris dan resistor baris. Karena reaktansi kondensor meningkat jika frekuensi jatuh, sirkuit ini menghilangkan komponen frekuensi rendah dari input. Jika ada masukan tingkat diterapkan untuk diferensiator, tegangan pada kondensor berubah dalam sekejap sehingga ada tegangan pada resistor berkurang secara eksponensial.
Gambar II.6 rangkaian differensiator

            Rangkaian dasar sebuah integrator adalah rangkaian op-amp inverting, hanya saja rangkaian umpanbaliknya (feedback) bukan resistor melainkan menggunakan capasitor C. Rangkaian integrator banyak digunakan dalam “computer analog” sebagai alat untuk memecahkan persamaan integral. Sirkuit ini dapat di buat dengan menempatkan kapasitor pada input dan output terbalik dan tidak ada reverse input dibumikan.                                              
Gambar II.7 rangkaian integrator
               
Pengertian lolos rendah dalam hal ini adalah jika tegangan input (Vi) diterapkan pada rangkaian RC di atas, maka untuk frekuensi-frekuensi rendah tegangan output (V) akan sama dengan tegangan input (Vi), tetapi sebaliknya jika frekuensi yang digunakan besar maka tegangan output akan turun sesuai dengan perubahan frekuensi tersebut.

            Rangkaian tapis lolos tinggi merupakan kebalikan dari tapis lolos rendah, penapis ini akan mehanan semua sinyal yang frekuensinya dibawah frekuensi cut-off serta untuk meneruskan sinyal diatasnya Passing output dari pompa muatan langsung ke VCO menciptakan sinyal clock gelisah. Tepi jam lokal melompat bolak-balik instan dan berosilasi di sekitar posisi yang ditargetkan. Seperti telah dibahas sebelumnya, jam jitter, sangat tidak diinginkan, karena mengurangi waktu yang tersedia untuk perhitungan logika dan karena itu harus disimpan dalam persentase tertentu dari periode jam. Hal ini sebagian dilakukan dengan pengenalan loop filter. Low-pass filter ini menghilangkan komponen frekuensi tinggi dari kontrol tegangan VCO dan menghaluskan keluar responnya, yang menghasilkan pengurangan jitter. Perhatikan bahwa struktur PLL adalah struktur umpan balik dan penambahan pergeseran fase tambahan, seperti yang dilakukan oleh filter high-order, dapat menyebabkan ketidakstabilan. Sifat penting dari PLL adalah yang range-kunci rentang frekuensi input dimana loop dapat mempertahankan fungsi, kunci waktu-waktu yang diperlukan untuk PLL untuk mengunci ke sinyal masukan yang diberikan, dan jitter. Ketika di lock, sistem jam adalah N-kali frekuensi clock referensi. Memblokircomponent frekuensi rendah yang tidak diinginkan dari sebuah sinyal komplek saat melewati frekuensi tertinggi. High pass filter yang paling simple terdiri dari kapasitor yang terhubung secara pararel dengan resistor, dimana resistansi dikali dengan kapasitor (RXC) adalah time constant (Ï„).

            Rangkaian RLC merupakan rangkaian baik yang dihubungkan dengan paralel ataupun secara seri, namun rangkaian tersebut harus terdiri dari kapasitor; induktor; dan resistor. Penamaan RLC sendiri juga memiliki alasan tersendiri, yaitu disebabkan nama yang menjadi symbol listrik biasanya pada kapasitansi; induktansi dan ketahanannya masing-masing. Rangkaian ini akan beresonansi dengan suatu cara yang sama yaitu-sebagai Rangkaian LC, bersamaan dengan terbentuknya osilator harmonik.

Pada tiap-tiap osilasi akan menyebabkan sirkuit menjadi mati dari waktu-kewaktu apabila tidak seterusnya dijalani dgn sumber, hal inilah yang menjadi perbedaan dan terlihat pada resistor. Reakasi ini yang disebut sebagai redaman. Reaksi lainnya berupa resistensi pada sejumlah resistor tidak bisa kita hindari disirkuit yg nyata, hal sama tetap akan terjadi walaupun tidak dengan kekhususan tertentu kita memasukkannya sbg komponen. Jadi, kenyataannya bahwa sirkuit LC murni itu merupakan sesuatu yang hanya ideal apabila diterapkan secara teoritis.

Pada penggunaan arus AC untuk sebuah rangkaian RLC yang seri, akan menyebabkan arus listrik dapat hambatan dr R; L & C. Impedansi (Z) adalah nama dari hambatan yang terjadi tersebut.  Bila ditelaah lebih lanjut, penggabungan dengan cara vektor antara R, XL dan XC itu yang disebut dengan impedansi dan besarannya diketahui dengan satuan Z tersebut.

Untuk sirkuit ini terdapat berbagai macam jenis dari RLC. Hal ini menyebabkan rangkaian RLC adalah jenis yang paling banyak dipakai diantara banyaknya jenis rangkaian osilator. Pada televisi ataupun radio, terdapat alat penerima yang disebut tuning. Rangkaian tuning ini sangat penting, karena penggunaannya yang untuk memilih rentang dari frekuensi sempit pada gelombang radio embien.

Sirkuti yang disetel adalah nama lain yang sering disebut sebagai rangkaian RLC. Penggunaan rangkaian ini bisa dipakai untuk band stop filter ataupun pada band pass filter. Contoh dari band pass filter adalah tuning aplikasi. Penggambaran dari filter RLC sendiri adalah sbg sirkuti kedua order, artinya bahwa tiap-tiap arus maupun tegangan di rangkaian bisa digambarkan dgn persamaan diferensial orde ke-2 dlm analysis rangkaian.



BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan Rangkaian Arus Bolak Balik (AC) ini dilakukan pada hari Kamis, 08 Oktober 2014, pukul 13.00 – 15.30 WITA, di laboratorium Elektronika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar.

III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
1.      Osiloskop
c
Berfungsi memproyeksikan sinyal listrik.
2.      Sinyal Generator
Berfungsi sebagai sumber input arus dan tegangan listrik untuk masukan isyarat sinusoidal.

3.      Papan Rangkaian
Berfungsi sebagai media rangkaian komponen elektronika.
4.      Kabel Penghubung
Berfungsi untuk menghubungkan beberapa komponen dan alat elektronik.
5.      Kabel Jumper
Berfungsi menghubungkan komponen – kompenen pada papan rangkaian dan dapat pula berfungsi sebagai kabel penghubung.




III.2.2 Bahan
1.      Resistor
Berfungsi  sebagai penahan arus yang mengalir dalam suatu rangkaian.
2.      Kapasitor
Berfungsi  untuk menyimpan arus sementara
3.      Induktor
Berfungsi menyimpan energy dalam waktu yang singkat.



III. 3 Prosedur Percobaan
III.3.1 Tanggapan dari Rangkaian Integrator terhadap isyarat persegi
      Adapun langkah – langkah dalam melakukan praktikum ini, yaitu ;
1.      Menyiapkan alat bahan praktikum.
2.      Mengaktifkan dan mengkalibrasi osiloskop.
3.      Merangkai rangkaian integrator dengan resistor dan kapasitor pada papan rangkaian.
4.      Menghubungkan kabel penghubung chanel 1 pada kutub positif dan negatif rangkaian.
5.      Menghubungkan kabel penghubung sinyal generator  pada letak yang sama dengan kabel penghubung chanel 1.
6.      Menghubungkan kabel penghubung chanel 2  pada kutub positif dan negatif  pada rangkaian (tidak sama dengan chanel 1) .
7.      Menghubung kabel – kabel penghubung tersebut seperti pada gambar di bawah ini
8.      Memperhatikan pembentukan gelombang pada chanel 1 dan chanel 2.





III.3.2 Tanggapan dari Rangkaian Differensiator terhadap isyarat persegi
1.      Memasang rangkaian untuk rangkaian differensiator dengan menggunakan kapasitor dan resistor, dan menghubungkan kabel – kabel penghubung chanel 1, chanel 2 dan kabel penghubung sinyal generator seperti pada gambar di bawah ini.
2.      Memperhatikan pembentukan gelombang pada chanel 1 dan chanel 2.

III.3.3 Rangkaian Tapis Lolos Tinggi
1.      Merangkaikan rangkaian tapis lolos tinggi seperti rangkaian differensiator.
2.      Mengatur frekuensi 100 Hz pada sinyal generator.
3.      Menghitung tegangan masukan pada chanel 1.
4.      Menghitung tegangan keluaran pada chanel 2.
5.      Mengulang langkah percobaan 3 dan 4 untuk frekuensi 200 Hz, 500 Hz dan 1 KHz.

III.3.4 Rangkaian Tapis Lolos Rendah
1.      Merangkaikan rangkaian tapis lolos rendah seperti rangkaian integrator
2.      Melakukan hal yang sama pada langkah percobaan 2 – 5 rangkaian tapis llos tinggi.



III.3.5  Rangkaian RLC paralel
1.      Merangkai resistor, induktor, dan kapasitor pada papan rangkaian secara parallel dan gunanakan kabel jumper untuk mempermudah rangkaian dan menghubung kabel – kabel penghubung chanel 1, sinyal geneator chanel 2 seperti pada gambar di bawah ini









2.      Memperhatikan bentuk gelombang pada chanel 1 dan chanel 2, dan menghitung tegangan masukan dan tegangan keluaran pada chanel 1 dan chanel 2.













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Data
IV.1.1.1 Tabel Data Tapis Lolos Tinggi
Frekuensi
(Hz)
Tegangan masukan Vin (Volt)
Tegangan keluaran Vout (Volt)
100
200
500
1000
1,1
1,1
1,05
1,2
0,8
1,4
1,2
1

IV.1.1.2 Tabel Data Tapis Lolos Rendah
Frekuensi
(Hz)
Tegangan masukan Vin (Volt)
Tegangan keluaran Vout (Volt)
100
200
500
1000
1,1
1,1
1,05
0,9
1,15
1,1
0,8
0,5

IV.1.1.3 Tabel Data Rangkaian RLC Paralel
Frekuensi
(Hz)
Tegangan masukan Vin (Volt)
Tegangan keluaran Vout (Volt)
100
200
500
1000
0,09
0,09
0,09
0,105
0,08
0,08
0,09
0,105
IV.1.2 Gambar
IV.1.2.1 Gambar  Gelombang Masukan Integrator

IV.1.2.2 Gambar Gelombang Keluaran Integrator

IV.1.2.3 Gambar Gelombang Masukan Differensiator
IV.1.2.4 Gambar Keluaran Rangkaian differensiator

IV.1.3 Pengolahan Data
IV.1.3.1 Menghitung  Vin dan Vout  Rangkaian Tapis Lolos Tinggi
Untuk frekuensi 100 Hz
Vin         = 2,2 x 0,5 V
            = 1,1 V
Vout        = 1,6 x 0,5 V
            = 0,8 V

Untuk frekuensi 200 Hz
Vin         = 2,2 x 0,5 V
            = 1,1 V
Vout        = 2,8 x 0,5 V
            = 1,4 V

Untuk frekuensi 500 Hz
Vin         = 2,1 x 0,5 V
            = 1,05 V
Vout      = 2,4 x 0,5 V
            = 1,2 V

Untuk frekuensi 1 KHz
Vin       = 2,4 x 0,5 V
            = 1,2 V
Vout        = 2 x 0,5 V
            = 1 V

IV.1.3.2 Menghitung Vin dan Vout  Rangkaian Tapis Lolos Rendah
Untuk frekuensi 100 Hz
Vin       = 2,2 x 0,5 V
            = 1,1 V
Vout      = 2,3 x 0,5 V
            =1,15 V

Untuk frekuensi 200 Hz
Vin         = 2,2 x 0,5 V
            = 1,1 V
Vout        = 2,2 x 0,5 V
            = 1,1 V

Untuk frekuensi 500 Hz
Vin       = 2,1 x 0,5 V
            = 1,05 V
Vout      = 1,6 x 0,5 V
            = 0,8 V

Untuk frekuensi 1 KHz
Vin       = 1,8 x 0,5 V
            = 0,9 V
Vout      = 1 x 0,5 V
            = 0,5 V

IV.1.3.3 Menghitung Vin  dan Vout  Rangkaian RLC
Untuk frekuensi 100 Hz
Vin       = 1,8 x 50 mV
            = 90 mV
            = 0,09 V
Vout      = 1,6 x 50 mV
            = 80 mV
            = 0,08 V
Untuk frekuensi 200 Hz
Vin       = 1,8 x 50 mV
            = 90 mV
            = 0,09 V
Vout      = 1,7 x 50 mV
            = 85 mV
            = 0,085 V
Untuk frekuensi 500 Hz
Vin       = 1,8 x 50 mV
            = 90 mV
            = 0,09 V
Vout      = 1,8 x 50 mV
            = 90 mV
= 0,09 V
Untuk frekuensi 1 KHz
Vin       = 2,1 x 50 mV
            = 105 mV
            = 0,105 V
Vout      = 2,1 x 50 mV
            = 105 mV
            = 0,105 V


IV.2 Pembahasan
           
            Dari hasil percobaan, dapat dilihat bahwa tanggapan dari rangkaian integrator terhadap isyarat persegi memiliki bentuk segitiga yang berupa isyarat keluaran, sedangkan tanggapan dari rangkaian differensiator  bentuk isyarat mirip dengan isyarat masukan, akan tetapi puncaknya miring. Hasil percobaan ini, sesuai dengan teori  dari tanggapan rangkaian integrator dan differensiator.

            Pada rangkaian tapis lolos tinggi sama dengan model rangkaian RC pada rangkaian differensiator. Namun, pada percobaan ini yang diukur adalah tegangan keluaran dan tegangan masukannya.  Frekuensi yang diberikan pada signal generator yaitu dari 100 Hz hingga 1 KHz, sedangkan tegangan masukan dapat dihitung pada chanel 1 dan tegangan keluaran pada chanel 2 osiloskop. Dapat dilihat bahwa semakin besar frekuensi yang diberikan maka akan semakin besar pula tegangan keluarannya. Namun, pada frekuensi 500 Hz dan 1 KHz, tegangan keluaran mengalami penurunan. Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu alat yang digunakan tidak efisien lagi atau rusak dan dapat pula disebabkan dari kesalahan pengamat dalam membaca hasil percobaan.

            Pada rangkaian tapis lolos rendah frekuensi yang diberikan juga sama pada rangkaian tapis lolos tinggi. Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin besar frekuensi yang diberikan maka tegangan keluarannya akan semakin kecil. Pada frekuensi 100 Hz, 200 Hz 500 Hz dan 1 KHz tegangan keluaran  berturut – turut 1.15 V, 1.1 V, 0.8 V, dan 0.5 V.

            Pada rangkaian RLC parallel juga diberi perlakuan yang sama seperti pada rangkaian tapis lolos tinggi dan rangkaian tapis lolos rendah. Dari hasil percobaan kesimpulan yang didapatka sma seperti pada rangkaian tapis lolos tinggi yaitu semakin besar frekuensi yang diberikan maka akan semakin besar pula tegangan keluarannya. Pada frekuensi 100 Hz, 200 Hz, 500 Hz dan 1 KHz diperoleh tegangan keluaran berturut – turut 0.08 V, 0.08 V, 0.09 V dan 0.105 V.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
 Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu ;
1.      Bentuk isyarat keluaran dari rangkaian integrator yaitu gelombang segitiga sedangkan isyarat keluaran dari rangkaian differensiator hamper sama dengan isyarat masukan namun runcing pada puncak gelombangnya.
2.      Untuk rangkaian tapis lolos rendah, frekuensi yang diberikan berbanding terbalik dengan tegangan keluarannya yaitu semakin besar frekuensi yang diberikan maka tegangan keluarannya akan semakin kecil sedangkan tapis lolos tinggi frekuensi dan tegangan keluarannya berbanding lurus yaitu semakin besar frekuensi yang diberikan maka tegangan keluarannya akan semakin besar pula.
3.      Pada rangkaian RLC frekuensi yang diberikan dengan tegangan keluarannya berbanding lurus yaitu semakin besar frekuensi yang diberikan maka semakin tegangan keluarannya akan semakin besar pula.

V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Laboratorium
      Perhatikan peralatan laboratorium yang akan digunakan, jangan sampai perlatan yang digunakan akan menghambat jalannya praktikum.

V.2.2 Saran Untuk Asisten
      Cara menjelaskan sudah cukup jelas dan mudah dimengerti, dan tingkatkan kemampuan mengajar.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Rangkaian Arus Bolak Balik. http://www.sman1jkt.com/budut-7/mapelsite/fisika/files/ARUS-TEGANGAN%20AC.PDF (diakses pada 30 Oktober 2014, 05.45)
Darma, Surya M.Sc. 2006. Rangkaian Arus Bolak Balik (Rangkaian AC). Jakarta : Departemen Fisika Universitas Indonesia
Nugraheni, Intan Puspita. 2006. Keterampilan  Psikomotorik Ditinjau dari Kemampuan Penggunaan alat ukur listrik pada Rangkaian RLC. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Utami, Putri. 2009. Arus Bolak Balik. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/679/jbpti tbpp-gdl-putriutami-33946-3-2009ta-2.pdf (diakses pada 30 Oktober 2014, 05. 40)
Wawolumaja, Ir. Rudy, M.Sc. 2013. Diktat Kuliah Elektronika industry dan otomasi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha